PENDIDIKAN BERBASIS NEUROPEDAGOGIS

Authors

  • Lenny Nuraeni Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi

Keywords:

Pendidikan Berbasis Neuropedagogis

Abstract

Neuropedagogis atau bisa juga disebut dengan neuroeducation yaitu interdisipliner yang menggabungkan bidang neuroscience psikologi dan pendidikan untuk menciptakan peningkatan pengajaran metode dan kurikulum dalam penelitian dan inisiatif untuk menggunakan penemuan tentang belajar, memori, bahasa, dan daerah lain. Neuropedagogis bisa disebut juga neuroeducation yaitu interdisipliner yang menggabungkan bidang neuroscience, psikologi dan pendidikan untuk menciptakan peningkatan pengajaran metode dan kurikulum dalam penelitian dan inisiatif untuk menggunakan penemuan tentang belajar, memori, bahasa dan daerah lain. Kognitif neuroscience bertujuan untuk menginformasikan pendidik mengenai strategi terbaik untuk mengajar dan belajar. Semakin banyak guru ingin tahu bagaimana  siswa berfikir dan belajar. Ahli saraf di sisi lain ingin tahu bagaimana bisa pertanyaan guru mendorong penelitian neuroscience. Dampak post modernism adalah wawasan tentang peta kompleksitas pemikiran dan praktik intelektual yang kebenarannya bertolak dari rasio dan kebenaran melalui pengalaman menuntut kita memahami esensi pendidikan dan pengembangan tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui. Penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien merupakan hasil dari proses interaktif yang dinamis dengan lingkungan yang mencakup ciri-ciri fisik, mental dan emosional yang mengakibatkan integrasi yang terakselerasikan dari fungsi otak dan berakibat terhadap pemekaran kemampuan manusia secara optimal (Semiawan, C, 2005).Paradigma baru kependidikan sebagai buah penelitian dalam penelitian neuroscience (Teagle, 1992) didasarkan pada asumsi bahwa manusia memiliki kemampuan tidak terbatas untuk belajar (limitless capacity to learn)sehingga memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menciptakan hal-hal yang sifatnya baru. Hubungan neuropedagogis dengan kesulitan belajar yaitu ketika sel syaraf otak kita ada yang rusak yang terjadi pada belahan otak bagian kanan dan belahan otak bagian kiri menyebabkan kesulitan individu dalam melaksanakan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan bahasa, visual dan auditif (menurut Wittrock (1978) dan Gordon (1983). Kemudian diperkuat lagi oleh Heir dan teman-teman sejawatnya, seperti yang dikutip oleh Lovit (1989), melakukan penelitian terhadap sejumlah penderita dyslexia dan ia menemukan bahwa penderita dyslexia memiliki belahan otak kanan yang lebar daripada belahan otak kiri. Keadaan ini menyebabkan kesulitan belajar membaca. Dalam brain development perkembangan otak manusia dilihat secara anatomis, secara molekuler dan tentu secara psikologis. Yang dimaksud dengan perkembangan otak manusia secara anatomis adalah perkembangan otak manusia yang terdiri dari otak reptile, otak mamalia dan otak neo cortex. Yang dimaksud secara molekuler adalah seperti syaraf, myelin, dendrite hingga zat-zat yang terdapat di dalam otak. Yang dimaksud secara psikologis adalah proses kognitif, proses afektif dan proses peikomotorik seseorang yang semuanya diatur di dalam otak. Proses brain development dibagi menjadi tiga yaitu:Brain screening atau brain selection adalah upaya penilaian potensi kecerdasan pada orang normal maupun sakit yang meliputi penilaian potensi kecerdasan pada anak sampai lanjut usia. Penilaian potensi kecerdasan majemuk (multiple Intelligence) pada anak. Misalnya  kecerdasan bahasa, kecerdasan matematika ataupun kecerdasan lainnya dan penilaian kecerdasan kompeten pada dewasa atau usia produktif. Brain stimulation adalah upaya peningkatam kesehatan otak melalui pemberian rangsangan dengan tujuan mengoptimalkan potensi kecerdasan yang meliputi stimulasi pada janin dilakukan melalui brain booster yaitu pemberian stimulasi dan nutrisi pengungkit otak untuk meningkatkan perkembangan otak janin melalui ibu hamil. Peningkatan kemampuan komunikasi anak dan remaja melalui komunikasi otak.Brain Restoration adalah upaya penanggulangan kerusakan otak melalui rangsangan potensi kecerdasan yang masih dimilki untuk memaksimalkan potensi kecerdasan. Hubungannya adalah ketika brain restoration belum tertanggulangi akan menghambat perkembangan otak anak terhadap proses pendidikannya. Brain restoration sebagai stimulasi atau rehabilitasi kognitif yang bertujuan untuk menanggulangi gangguan fungsi kecerdasan dan meningkatkan kualitas hidup penderita yang mengalami gangguan kognitif. Brain restoration yang dimaksud adalah rangkaian proses terapi latihan atau kegiatan kepada seseorang manusia yang mengalami cedera otak, penyakit atau gangguan otak. Proses terapi, latihan atau kegiatan ini berkerjasama antara keluarga dan tenaga kesehatan professional.

References

Abdurrahman, Mulyono. (2012). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Anderson, Paul D. (1996). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia, Egc: Jakarta

Buzan, Tony. (2005). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Fujisima, Tkashi, et., al. (1992). Handbook of Care and Training for Developmental Disabilities. Tokyo: Japan League for The Mentally Retarded.

Gearhearti, B.R. Learning Disabilities: Educational Strategies. Saint Louis: The CV Mosby Company.

Goleman, D. (1997). Intelligence Emotional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Heward L. William&Orlansky D. Michael. (1984). Exceptional Children. Colombus: Charles E. Merrill Publishing Company.

http://disenjaharu.blogspot.com/2012/03/konsep dasar-pedagogik html.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2115688-pengertian pedagogik/# ixzz2DterHfyx.

Jamaris, Martini. (2009). Kesulitan belajar. Jakarta: Yayasan Penamas Murni:

Jamaris, Martini (2010). Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni.

Langeveld. MJ. (1980). Paedagogik Teoritis dan sistematis. Terjemahan.

Pasiak, Taufiq. (2003). Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan Al-Quran. Bandung: PT. Mizan Pustaka

Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: MLC

Wade, Carole dan Tavris, Carol. (2008). Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Published

2016-01-13