TEKNIK CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS (CDA) PADA PEMBELAJARAN CERPEN

Authors

  • Didin Sahidin Dosen STKIP Garut

DOI:

https://doi.org/10.22460/semantik.v1i1.p%25p

Keywords:

Cerpen, Critical Discourse Analysis

Abstract

Lontaran-lontaran tentang kekecewaan terhadap hasil pembelajaran sastra meneguhkan kenyataan tentang buruknya kondisi pembelajaran sastra di Indonesia. Kondisi ini ditandai dengan masih lemahnya pemahaman siswa mengenai hasil karya sastra yang dibacanya. Untuk menanggulangi fenomena tersebut, perlu dicari teknik dan metode pembelajaran sastra yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut. Di antara sekian banyak teknik pengajaran sastra, kita mengenal adanya suatu teknik yang berupaya untuk memahami isi wacana atau karya sastra, yaitu teknik analisis wacana kritis atau teknik Critical Discourse Analysis (CDA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan membaca cerpen sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan teknik analisis wacana kritis atau serta untuk mengetahui perbedaan kemampuan membaca antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Penelitian dilakukan di kelas VIII SMPN 2 Leuwigoong Garut Tahun Pelajaran 2005-2006 dengan menggunakan metode penelitian yaitu metode eksperimen. Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data berbentuk tes kemampuan memahami cerpen.

References

Aminudin. (1987). Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: Sinar Baru.

Aminuddin. (2000). “Pembelajaran Sastra sebagai Proses Pemberwacanaan dan Pemahaman Perubahan Ideologiâ€. Dalam Sudiro Satoto dan Zainuddin Fananie (Eds.). Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan. Surakarta: University Muhamadiyah Press–HISKI Komisariat Surakarta.

Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta.

Depdikbud. (2004). Kerangka Acuan Pemasyarakatan Kebijaksanaan Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dharmojo, dkk. (1998). Sastra Lisan Ekagi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Dharmojo, dkk. (2005). Critical Discourse Analysis (CDA) Sebagai Model Pembelajaran Sastra. Web site.

Jabrohim (Ed.) (1994). Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kerja sama Pustaka Pelajar dan FPBS IKIP Muhammadiyah.

Kuswinarto. (2001). “Dan Sastrawan pun Tak Lagi Percaya kepada Guru Sastraâ€. Dalam Asep S. Sambodja, dkk. (Eds.). Cyber Graffiti Kumpulan Esai. Bandung: Yayasan Multimedia Sastra dan Angkasa.

Nadeak. (1985). Pengajaran Apresiasi Sastrai. Bandung: Sinar Baru.

Nasution, J.U., dkk. (1981). Minat Membaca Sastra Pelajar SMA Kelas III DKI Jakarta. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Rahmanto. (1988). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kansius.

Rusyana, Y. (1977/1978). Penelitian Kegiatan Apresiasi Sastra Murid SMA Jawa Barat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Rusyana, Y. (1992). “Bahan Baku dan Pengolahan Bahan Pelajaran Sastraâ€, makalah pada Seminar Pengelolalan Bahan Pelajaran Sastra dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesiaâ€. Dikumpulkan dalam Landasan Teori dan Pengolahan Bahan Pelajaran Sastra. Bandung: Program Pascasarjana IKIP Bandung.

Sarjono, A.R. (2000). Beberapa Upaya menggairahkan Pembelajaran Sastra. Dalam Agus R. Sarjono. Sastra dalam Empat Orba (2000, hlm. 207—231). Yogyakarta: Bentang.

Sayuti, S.A. (2000). Menuju Pendidikan dan Pembelajaran Sastra yang Memerdekakan: Catatan Pengantar. Dalam Sudiro Satoto dan Zainuddin Fananie (Eds.). Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan (hlm. 57—65). Surakarta: University Muhamadiyah Press – HISKI Komisariat Surakarta.

Sudaryono, (2000). Strategi “Re-Kreasi†dalam Pengajaran Apresiasi Puisi di Sekolah. Jurnal Ilmiah IMPASMAJA Th. III (6) November: 57—76).

Surachmad. (1989). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: TarsitoTarigan, H.G. (1984). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Tarigan. (1985). Pengajaran Morfologi. Angkasa: Bandung.

Published

2015-11-07