Ekxplorasi pembelajaran responsif budaya pada mapel Bhs. Inggris: persepsi dan pengalaman mahasiswa calon guru

Abstrak

Studi ini mengeksplorasi persepsi, praktik, dan tantangan yang dihadapi oleh calon guru Bahasa Inggris di Indonesia dalam mengimplementasikan Culturally Responsive Teaching (CRT) dalam English Language Teaching (ELT), dengan mengacu pada kerangka kerja Gay (2010). Berdasarkan pengalaman praktik mengajar lima calon guru pascasarjana, data dikumpulkan melalui observasi kelas, wawancara sebelum dan sesudah observasi, serta tulisan reflektif, kemudian dianalisis secara tematik. Para partisipan memandang CRT sebagai pedagogi yang bermakna dan memberdayakan, yang memperkaya ELT dengan menegaskan identitas budaya peserta didik, meningkatkan keterlibatan mereka, dan mengontekstualisasikan pembelajaran. Strategi implementasi meliputi integrasi budaya lokal dan budaya anak muda ke dalam kurikulum serta pemanfaatan teknologi untuk mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa. Namun, calon guru menghadapi berbagai hambatan, termasuk pemahaman konseptual yang terbatas tentang CRT, ketidaksesuaian antara kebijakan kurikulum dan realitas di kelas, kelangkaan materi ajar yang relevan secara budaya, serta kesenjangan yang terus-menerus antara teori dan praktik. Meskipun beberapa praktik responsif budaya mulai terlihat, praktik tersebut masih parsial dan dibatasi oleh faktor struktural dan institusional. Studi ini menyerukan pelatihan CRT yang lebih kuat dalam pendidikan guru, penyelarasan antara tujuan kurikulum dan praktik pedagogis, serta pengembangan sumber belajar yang kontekstual dan lokal. Temuan ini berkontribusi pada diskursus global tentang CRT di konteks multibahasa dan pascakolonial, serta menawarkan wawasan bagi pendidik guru, pemimpin sekolah, dan pembuat kebijakan yang ingin memajukan praktik ELT yang inklusif dan berbasis konteks.